Kamis, 15 Desember 2016

Penerima beasiswa SfS ke-17 dan 18

Penerima beasiswa Scholarship for scholarship ke 17 dan 18 adalah Adik Nashifa Asami dan Livevia Sekarwati, siswi SD N II Giritontro, Kabupaten Wonogiri.

Nashifa dan Via, Keduanya merupakan saudara sepupu yang tinggal satu rumah. Nashifa saat ini kelas 5 SD. Gadis kecil ini memiliki seorang adik yang masih duduk di kelas 3 SD. Nashifa tinggal bersama adik kandung, adik sepupu, paman, serta neneknya yang sudah tua di sebuah rumah sederhana yang berjarak sekitar 2 km dari sekolah.
Ayah Nashifa meninggal dunia beberapa tahun lalu karena kecelakaan. Tidak banyak informasi yang bisa digali tentang cerita duka ini, hanya raut kesedihan terpancar jelas dari wajah anak ini setiap kali disinggung tentang ayahnya. Nashifa bersama adiknya harus hidup dengan sang nenek, sebab kabarnya sang ibu merantau ke jakarta.
Nashifa, ketika ditanya ingin bercita-cita menjadi apa, anak ini menjawab dengan tegas ingin menjadi seorang dosen. Sungguh cita-cita mulia yang dimiliki oleh gadis mungil pendiam ini.



Kondisi yang tidak jauh berbeda terjadi pada adik sepupunya Via, begitu sapaan akrab Livevia. Via saat ini duduk di kelas 1 SD. Setahun yang lalu ibu dari anak ini meninggal dunia karena sakit, sedangkan sang ayah saat ini juga merantau. Seperti halnya kakak sepupunya, raut kesedihan terpancar jelas di wajah mungilnya ketika ditanyai mengenai keluarganya, terutama tentang ibunya.
Hampir sama dengan kakak sepupunya, Livevia bercita-cita ingin menjadi seorang guru.
Nenek mereka adalah bagian penting dari hidup mereka. Sejak ditinggal orang tuanya, mereka diasuh oleh sang nenek. Tentu ini bukan sebuah pilihan bagi mereka, tetapi kenyataan yang harus dihadapi oleh anak-anak sekecil mereka. Bahkan mereka tak tahu persis jika ditanya kapan biasanya ayah dan ibunya akan pulang untuk sekedar menengok mereka dari perantauan. Setiap harinya, nenek mereka lah yang menyiapkan segala kebutuhan. Termasuk ikut membiayai kebutuhan sekolah keduanya. Dulu nenek mereka bekerja sebagai seorang buruh tani untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, namun karena usianya yang sudah senja, saat ini sang nenek tidak lagi mampu untuk bekerja.
Berdasarkan informasi dari guru, kedua anak ini memang tergolong anak yang memiliki prestasi akademik yang biasa, akan tetapi mereka memiliki tekad kuat untuk lebih rajin lagi belajar agar dapat menggapai cita-cita masing-masing. Mereka sangat ingin membahagiakan nenek dan orang tuanya.
Nashifa dan Via, keduanya anak yang kuat, prihatin, bercita-cita tinggi, dan berbakti pada orang tua, menggerakkan tim SfS untuk berbagi keceriaan dengan mereka. Merekalah penerima beasiswa SfS Ke-17 dan 18. Semoga beasiswa ini dapat meringankan beban mereka dan menjadi cambuk motivasi untuk keduanya menggapai masa depan yang lebih cerah.

Mari bergabung dengan keluarga besar Scholarship for Scholarship dan mari berbagi keceriaan dengan siswa-siswi yatim piatu dan atau kurang mampu. Berbagi adalah salah satu cara syukur terbaik!
Read More




Selasa, 06 Desember 2016

Penerima beasiswa SfS ke-16

Penerima beasiswa Scholarship for Scholarship ke-16, adalah Adik Sherina Aulia, Siswi kelas 3 SDN Nogosari, Selopamioro, Kab. Bantul.
Sherina, begitu anak ini akrab disapa, adalah anak yatim. Ayahnya meninggal karena sakit ketika Sherina duduk di kelas 2. Anak ini menangis ketika bercerita tentang Ayah dan kondisi keluarganya.
Sherina saat ini hidup bersama Ibu dan adiknya yang masih kecil. Dia punya kakak perempuan yang sudah bersuami dan punya anak. Kakak bersama anak kecil dan suaminya juga tinggal satu rumah dengan Sherina. Keluarga ini tinggal di rumah yang sederhana. Berdasarkan beberapa pertimbangan, Pihak sekolah mengajukan Sherina kepada tim SfS untuk dapat dibantu.
Ibu Sherina bekerja sebagai buruh tani. Beliau membantu menggarap sawah milik orang. Kakak ipar Sherina bekerja sebagai pekerja buruh di proyek jalan raya, sedangkan kakak perempuannya kerja di suatu produsen kripik sagu. Meskipun hidup bersama, Sherina mengaku sangat jarang diberi uang kakaknya. Ibunya lah yang memenuhi segala kebutuhan Sherina dan Adiknya. Termasuk segala kebutuhan sekolah, semuanya ibu yang membelikan.
Berdasarkan penilaian guru, Sherina tergolong anak yang pintar. Terakhir dia ranking 6 dari 21 anak. Anak ini juga rajin mengaji dan membantu orang tua. Dia mengaku sering membantu Ibu menyapu dan mencuci. "Ibu kerja di sawah berangkat pagi pulangnya sore, kakak juga, saya yang menyapu karena kasian Ibu sudah capek kerja," katanya.
Sherina berangkat sekolah dengan jalan kaki. Beruntung, jarak rumah dengan sekolah tidak terlalu jauh. Keluarga Sherina tidak punya motor, hanya ada satu sepeda untuk Ibu pergi ke sawah.
Sherina bercita-cita menjadi seorang dokter. "Ingin membahagiakan Ibu, ingin menjaga Ibu biar sehat terus, saya tidak mau Ibu sakit seperti Ayah, " Jawabnya ketika ditanya alasan ingin menjadi dokter. Sherina mengaku sangat sayang dengan ibunya. Sherina sangat takut kehilangan ibunya. Dia sangat ingin membahagiakan ibunya.
Sherina, anak yang pintar, rajin, prihatin, dan berbakti kepada orang tua, membuat Tim SfS tergerak untuk berbagi keceriaan dengannya. Dialah Penerima beasiswa SfS ke-16. Semoga dengan ini dik Sherina lebih semangat lagi belajarnya agar bisa menggapai cita-citanya menjadi seorang dokter dan membahagiakan Ibu yang sangat dia sayangi. Amin.....
Read More




Senin, 05 Desember 2016

Penerima beasiswa SfS ke-15

Penerima beasiswa Scholarship for Scholarship ke-15, adik Putri Astuti, siswi kelas 5 SDN Nogosari, Selopamioro, Kab. Bantul.
Putri, mata anak ini sudah terlihat berkaca-kaca sejak awal diskusi dengan Tim. Anak ini dengan berlinang air mata mencoba menjelaskan secara detil kondisi keluarganya.
Putri hidup berdua saja dengan sang Ibu. Ayahnya bukan meninggal, tapi sudah bukan menjadi anggota keluarga itu lagi sejak Putri kelas 2 SD. Kabarnya, Ayah dan Ibunya cerai, dan sang Ayah menetap di Sumatra dengan istri baru, sedangkan Putri dan Ibu kembali ke Jawa. Dahulu, Putri dan kedua orang tuanya tinggal di Sumatra. Semenjak perceraian itu Putri tak lagi pernah bertemu dengan Ayahnya, dan Ayahnya pun juga tak pernah mempedulikan lagi Putri dan Ibunya.
Sejak pisah dengan Ayah, Ibu lah yang menjadi tulang punggung keluarga. Ibu Putri bekerja sebagai buruh tak menentu. Menurut data di sekolah, keluarga Putri ini masuk dalam kategori Dhuafa. "Ibu kerja ikut orang, setiap pagi jam setengah 7 berangkat, pulang jam 4. Sekarang usia ibuk 51 tahun." Katanya.
Anak ini selalu meneteskan air mata ketika bercerita mengenai Ibunya. Dia mengaku sangat sayang dengan ibunya. Dia bercerita tentang bagaimana setiap harinya membantu Ibu mencuci piring, baju, dan menyapu rumah. "Di rumah cuma ada saya dan ibu. Kasian ibu, ibu sudah capek kerja,"katanya sambil mengusap air mata yang sampai ke pipi.
Putri tergolong siswa yang pintar. Terakhir dia ranking 2 dari 18 anak. Anak ini juga rajin ngaji setiap hari Senin-Rabu sore. Selain itu, anak ini juga rajin menabung. Uang saku yang diberi ibunya seringkali disisihkan dan dimasukkan ke celengan. "Saya punya celengan kendhi di rumah, Kak. Uangnya nanti buat beli seragam. Biar ibuk senang." Jawabnya ketika ditanya uang tabungannya untuk apa.
Jarak rumah Putri menuju sekolah cukup jauh. Dia mengaku sering nebeng tetangga dan om berangkat dan pulang sekolah. Keluarga Putri tidak punya motor, bahkan sepeda pun tidak punya.
Putri bercita-cita ingin menjadi dokter. Dia sangat ingin membahagiakan ibunya nanti bila sudah besar. Tim mencoba memberinya tambahan semangat untuk lebih rajin lagi belajarnya agar benar-benar bisa menggapai cita-citanya. Ketika Tim mencoba menantangnya untuk merebut juara 1, Putri pun menjawab "berani".
Putri, anak yang kuat, cerdas, semangat, prihatin, ceria, dan berbakti pada orang tua, membuat Tim SfS memutuskan untuk membantunya. Dialah Penerima beasiswa SfS ke-15. Semoga dengan beasiswa ini Putri bisa lebih semangat dan rajin lagi belajar, agar dapat menggapai cita-citanya menjadi seorang dokter. Semoga nanti Putri dapat sukses dan dapat membahagiakan ibu seperti yang dia impikan. Amin....
Bantul 30 November 2016
Isma Dwi Kurniawan
Read More




Penerima Beasiswa SfS ke-14

Penerima Beasiswa Scholarship for Scholarship ke-14 adalah Muh. Galang Ramadhan, Siswa kelas 4 di SD Nogosari, Selopamioro, Bantul, Yogyakarta.
Galang merupakan anak yatim, ayahnya meninggal saat ia masih kecil. Saat ini hidup bersama ibu dan adiknya yang saat ini duduk di kelas 2 SD. Ibu Galang bekerja sebagai pembuat peyek. Ibunyalah satu2nya tulang punggung keluarga untuk menghidupi anak-anaknya yg masih kecil. Kondisi kehidupan keluarga Galang dapat dikatakan masih jauh dari kata cukup.
Jarak rumah Galang dengan sekolah terbilang cukup jauh, mencapai 3 km. Galang berangkat ke sekolah dengan jalan kaki. Bisa dibayangkan saat musim hujan atau panas yg tak menentu, melewati jalan sepanjang itu? Tentu merupakan suatu perjuangan tersendiri.
Gilang dan adiknya pulang sekolah rajin mengerjakan tugas sekolah bahkan saat pulang ngaji tugas tidak pernah terlewatkan. Mata pelajaran kesukaan Galang adalah Ilmu Pengetahuan Alam. Satu hal yg membuat kami terkesima adalah ketika ditanya tentang apa yg pernah dilakukan yang membuat ibu bahagia? Jawabnya di luar dugaan, "dengan memberikan ibu kalung," jawabnya polos. Lalu kami bertanya lagi tentang darimana uang membelikan ibu kalung diperoleh? Gilang pun menjawab dengan tegas "menabung."
Galang memiliki cita-cita ingin menjadi seorang Polisi. Saat ditanya kenapa ingin jadi polisi, dia menjawab tegas "ingin menangkap para maling."
Galang, pribadi yang tangguh, prihatin, percaya diri dan cerdas, mendorong tim SfS untuk berbagi keceriaan dengannya. Dialah penerima beasiswa SfS ke-14. Semoga dengan ini Galang bisa lebih semangat dan rajin agar cita-citanya menjadi Polisi dapat tercapai, dapat berbakti pada orangtua, bagi agama, Nusa dan bangsa. Aamiin
Bantul, 30 November 2016
@rizal_ensyamada
Read More




Selasa, 15 November 2016

Penerima Beasiswa SfS ke-12 dan 13

Penerima beasiswa Scholarship For Scholarship ke-12 dan 13, adik Indra Wahyu Andika dan Asnah Tria Nabila, Siswa kelas 5 dan 1 SDN Karanganyar UPT TK dan SD Kecamatan Gedangsari Kabupaten Gunungkidul DIY.

Indra dan Asnah begitu mereka sering dipanggil teman–temannya. Mereka tinggal di Dusun Karang Desa Ngalang Kecamatan Gedangsari Kabupaten Gunungkidul. Indra dan Asnah tinggal bersama kedua orangtuanya dan 1 kakak yang sedang menempuh studi kelas 3 SMP. Mereka tinggal di rumah yang sangat sederhana.

Setiap pagi mereka berangkat ke sekolah dengan jalan kaki sekitar 2 km jarak rumah ke sekolah. Mereka berjalan melewati sawah dan sungai, ketika sungai meluap mereka harus berjalan lebih jauh lagi karena harus memutar ke dusun sebelah. Indra dan Asnah termasuk anak yang pendiam dan  pemalu namun mereka mempunyai semangat sekolah yang tinggi meski jarak rumah ke sekolah jauh mereka tetap berangkat sekolah kecuali bila sedang sakit.

Karena keadaan ekonomi keluarga yang dapat dikatakan kurang, tak jarang mereka tidak diberi uang saku. Indra dan Asnah, mereka mengaku sering merasa kelaparan ketika di sekolah. Mereka tidak jajan karena memang tidak punya uang, bekal makanan pun mereka tidak ada, teman-temannya sering membelikannya jajan dan begitupun para guru yang merasa kasian melihat mereka berdua. Tak jarang, bapak ibu guru juga memberikan bahan makanan, pakaian pantas pakai dan perlengkapan mandi untuk mereka karena para guru benar-benar prihatin dengan kondisi keluarga mereka. Bapak Indra dan Asnah bekerja sebagai Buruh tak menentu, sedangkan ibu mengurus rumah dan hewan peliharaan. Sapi yang dipelihara itupun bukan sepenuhnya milik mereka, tapi "Nggaduh” (Memelihara sapi orang dan nanti mendapat upah).

Penyaluran beasiswa SfS Kali ini memang agak berbeda dari yang biasanya. Bila sebelumnya kami tidak pernah melibatkan orang tua, tapi kali ini perwakilan Tim dan guru harus mendatangi rumah keluarga Indra dan Asnah. Hal ini dikarenakan pada saat hari penyaluran, Indra sedang tidak masuk sekolah karena sakit. Oleh karena itu kami datang ke rumah untuk menyalurkan, menjenguk dan sekaligus melihat secara langsung kondisi rumah mereka. Kami berjumpa dengan sang ibu dan Indra di rumah yang sederhana itu. Indra terlihat pucat dan lemas. Benar adanya bila Indra tak masuk sekolah karena sakit. Beginilah kondisi rumah Indra Dan Asnah, tak usah banyak kami deskripsikan, lewat foto-foto ini sudah cukup jelas terlihat.




Meskipun pada akhirnya orang tua mereka tau bahwa mereka berdua mendapat bantuan beasiswa SfS, akan tetapi setelah dijelaskan orang tua mau tau dan mengerti. Tim menjelaskan bahwa bantuan ini khusus untuk kebutuhan studi anak dan akan dikelola oleh sekolah melalui wali kelas. Ibu Indra dan Asnah pun menyerahkan sepenuhnya ke pihak sekolah, beliau hanya berharap agar putra putrinya dapat sekolah dengan layak dan sukses.

Indra dan Asnah, mereka anak yang kuat, prihatin dan rajin. Merekalah penerima beasiswa SfS ke 12 Dan 13. Semoga dengan beasiswa SfS ini mereka dapat lebih semangat, rajin sekolah dan belajar agar nantinya dapat berhasil dan membahagiakan kedua orang tuanya Amin.

"Terimakasih kakak-kakak atas bantuannya. Kami sangat senang dan bersyukur. Sekarang kami sudah ada perlengkapan sekolah seperti teman-teman lainnya, " kata mereka kepada Tim.

Karanganyar, Gedangsari, Gunungkidul 
11 November 2016



Terimakasih kepada para donator dan seluruh pihak yang telah ikut berkontribusi untuk SfS. Semoga kerjasama ini berlanjut agar lebih banyak lagi anak-anak seperti Indra dan Asnah yang terbantu.
Mari bergabung bersama keluarga Scholarship for Scholarship dan mari berbagi keceriaan dengan anak-anak yatim piatu dan atau kurang mampu. Sedikit dari kita, akan sangat berarti bagi pendidikan mereka.

Read More




Rabu, 09 November 2016

Penerima Beasiswa SfS ke-11

Penerima beasiswa Scholarship for Scholarship ke-11, adik Sasta Eka Fitri Styandari, siswa kelas 4 SDN Krajan, Kec Srandakan, Kabupaten Bantul.
Fitri, begitu ia disapa teman-temannya, tinggal di desa Kwaru, Srandakan, Bantul. Fitri tinggal di sebuah rumah yang sederhana bersama dengan Ibu, Kakek, Nenek, Paman, Bibi, Om, Tante, dan 2 orang sepupunya. Karena suatu hal, yang berkenaan dengan masalah ekonomi, keluarga besar tersebut harus hidup bersama dalam satu rumah yg jauh dari kata mewah. "Dinding batako rumah saya retak2," begitu tutur anak ini ketika ditanya mengenai kondisi rumahnya.
Setiap pagi fitri berangkat ke sekolah dengan naik sepeda yang dibelikan oleh pamannya sebagai kado ulang tahun. Tak jarang ia diantar oleh sang ibu sebelum ibu berangkat kerja. Ibu Fitri bekerja di sebuah warung makan di daerah Ngentak.
Fitri adalah anak yang riang. Dia menjawab setiap pertanyaan dari tim dengan riang dan bersemangat. Namun, di balik pribadinya yang periang itu ternyata tersimpan sebuah kisah hidup yang cukup memprihatinkan. Ketika fitri masih bayi, sang ayah meninggalkannya dan ibunya. Selama beberapa tahun, ibunya selalu mengatakan bahwa ayahnya pergi untuk bekerja setiap kali fitri bertanya perihal siapa dan dimana ayahnya. Akan tetapi, lambat laun seiring tumbuh membesarnya fitri, akhirnya dia mulai tahu bahwa ibunya selama ini berbohong. Dia harus menerima kenyataan bahwa nyatanya ayah dan ibunya telah bercerai sejak dia masih bayi. Kabarnya, Ayahnya telah menikah lagi dan tidak pernah mempedulikan Fitri, bahkan menemui Fitri pun tidak pernah. Oleh karena itu Fitri benar2 tidak tahu siapa dan dimana ayahnya berada.
Tidak adanya sosok ayah dalam tumbuh kembangnya, tidak menurunkan motivasi belajar dan semangat Fitri. Anak ini bercita-cita ingin menjadi Polwan. "ingin menangkap penjahat2 agar lingkungan menjadi aman," jawabnya dengan percaya diri ketika ditanya mengapa ingin menjadi polisi.
Fitri termasuk anak yang berprestasi di kelasnya. Ketika kelas 1 dan 2, ia pernah menduduki peringkat 10 besar. Prestasi ini cukup baik mengingat Fitri tidak mengikuti les sebagaimana teman-teman dapat mengikutinya. Bukan karena tidak mau, bahkan sebenarnya dia sangat ingin, tapi keterbatasan biaya membuatnya terpaksa harus mengurungkan niat untuk bisa mengikuti bimbingan belajar itu. Sesekali, Fitri dapat mencicipi rasanya ikut les, karena dibantu biaya iuran dari teman-temannya yang terkadang mengajaknya. Untuk menutupi ketertinggalan, dia sering belajar kelompok bersama teman-temannya yang beruntung bisa ikut les.
Uang saku Fitri tidak menentu, kadang-kadang ibu memberinya 500 rupiah, kadang 2000 rupiah, atau paling banyak 5000 rupiah dan bahkan tidak diberi uang saku sama sekali. Prihatinnya, Fitri ini lebih sering tidak diberi uang saku. Saat tim bertanya berapa uang sakunya hari ini pun, dia menjawab bahwa hari ini ia tidak membawa uang saku. Bukan ibunya tak mau memberinya uang untuk jajan, tapi mungkin memang ibunya belum punya rejeki lebih untuk memberinya uang saku. Teman-temannya lah yang sering berbaik hati membelikannya jajan, seperti hari ini dia dibelikan jajan seharga 500 rupiah oleh salah satu temannya.
Fitri termasuk anak yang berprestasi, memiliki keprihatinan dan motivasi tinggi, serta tetap menjadi pribadi yang bersemangat dan ceria di tengah keterbatasan yang ada. Hal inilah yang mendorong tim Scholarship for Scholarship memutuskan untuk membantu Fitri agar ia dapat lebih rajin belajar dan dapat mewujudkan cita-citanya menjadi Polwan, sehingga dia dapat nantinya dia bisa menciptakan Indonesia yang lebih aman dan tenteram.
Terima kasih untuk semua pihak yang telah berkontribusi untuk Scholarship for Scholarship. Masih banyak di luar sana anak-anak seperti Fitri. Mari begabung dengan Scholarship for Scholarship agar dapat memberi secercah asa untuk mereka, para anak bangsa yang nasibnya tak seberuntung kita.
Bantul, 07 November 2016
Nurdiyah Ika
Mari bergabung bersama kami di Scholarship for Scholarship dan mari berbagi keceriaan kepada adik2 yatim piatu dan atau kurang mampu. Sedikit dari kita akan sangat berarti untuk pendidikan mereka.
Read More




Minggu, 06 November 2016

Penerima Beasiswa SfS Ke-10

Penerima beasiswa Scholarship for Scholarship ke-10, adik Afif Yudha, siswa kelas 4 SDN Kedondong I, Kec Demak, Kab. Demak.
Beberapa waktu yang lalu, Yudha (nama panggilan) mengalami peristiwa tragis untuk ukuran anak seusianya. Ayah kandungnya yang didiagnosis mengidap HIV/AIDS meninggal dunia dan tak lama kemudian ibunya pun menyusul dengan dugaan penyakit yang sama. Sebelum meninggal, ibu Yudha sempat menikah lagi, namun ayah tiri Yudha jarang ada di rumah karena bekerja sebagai kuli bangunan di luar kota. Alhasil, nenek Yudhalah yang mengasuh cucunya tersebut.
Menurut penuturan dari para guru, ketika duduk di kelas 1 dan 2 Yudha merupakan anak yang rajin dan cukup cerdas. Namun, selepas kedua orang tuanya meninggal, motivasi belajar anak ini terus menurun. Yudha sering sekali tidak masuk sekolah sehingga prestasi akademik Yudha kian merosot. Anak ini Sering terlihat tidak bersemangat ketika di kelas, bahkan terkadang tidak mengerjakan PR dan harus dihukum oleh guru di kelas. Yudha mengatakan bahwa hanya sesekali neneknya menemani belajar.
Sekilas, Yudha terlihat seperti anak pemurung dan tak banyak bicara. Hal itu terlihat ketika tim inti SFS mewawancarainya. Hanya sepatah dua patah kata yang dia ucapkan. Selebihnya hanya anggukan dan gelengan yang ia gunakan untuk menjawab pertanyaan.
Anak yatim piatu ini perlu mendapatkan motivasi dan dukungan untuk mengembalikan lagi semangat belajarnya. Maka dari itu, kami dari SFS memutuskan untuk membantu Yudha. Dialah penerima beasiswa SfS ke-10.
Semoga bantuan ini dapat meningkatkan prestasi akademik sekaligus membuktikan kepada Yudha, bahwa masih banyak orang yang peduli dan ingin dia kembali ceria.
Yudha tidak sendirian, masih ada banyak anak sepertinya yang membutuhkan uluran tangan kita. Mari menjadi bagian dari keluarga besar Scholarship For Scholarship agar Yudha dan teman-temannya mampu memberikan senyumnya untuk Indonesia.
Mari bergabung bersama kami di Scholarship for Scholarship dan mari berbagi keceriaan kepada adik-adik yatim piatu dan atau kurang mampu. Sedikit dari kita akan sangat berarti untuk pendidikan mereka.
Read More




Selasa, 01 November 2016

SfS target, Indra dan Asnah

"Perkenalkan nama saya Indra wahyu andika dan Asnah tria nabila.  Indra dan asnah begitu kami sering di panggil teman – teman. Saya siswa kelas V dan I SDN Karanganyar Gedangsari Gunungkidul DIY. Saya tinggal di dusun Karang, Ngalang, Gedangsari, GK. Sekitar 2 Km dari sekolah. Saya anak ke 2 dan 3 dari pasangan bp Sugiyanto dan Ibu sutiyem. Kakak saya kelas 3 SMP. Bapak saya bekerja sebagai buruh tak menentu kadang buruh di sawah, kadang buruh bangunan, itupun kalau ada yang membutuhkan, sedangkan ibu saya tidak bekerja, sawah pun kami tak mempunyai. Setiap pagi kami berdua berangkat sekolah dengan jalan kaki, melewati sungai dan sawah tak jarang ketika musim hujan tiba kami sampai di sekolah terlambat dan basah serta kotor, karena memang medan yang kami tempuh jauh dan belum beraspal.kami tergolong warga yang kurang mampu dan tinggal di rumah yang sangat – sangat sederhana. Jika kakak – kakak menghendaki kakak boleh singgah kerumah kami. Uang saku kami tak menentu kadang 1000 kadang 2000 bahkan kadang kami tak di beri uang saku. Kami sering merasa lapar saat di sekolah ketika saya lapar, kadang bpk ibu guru yang memberi kami makanan. Kalau membayar buku LKS kami menunggu uang bantuan dari pemerintah melaui program KIP (Kartu Indonesia Pintar). Kami berharap kakak – kakak bisa membantu kami terutama membantu alat sekolah dan tempat belajar. Terimakasih kak salam dari kami indra dan asnah." ..............

Tunggu kedatangan kami,,,,adik2 manis

Read More




Penerima Beasiswa SfS ke-9

Penerima Beasiswa Scholarship for Scholarship ke-9, Adik Aditya Suprabowo, kelas 2 SDN Kedunggubah, Kec. Kaligesing, Kab. Purworejo, Jawa Tengah.

Adit, begitu dia biasa dipanggil teman2nya. Saat ini dia berusia 7 tahun. Adit adalah anak kedua dari dua bersaudara, pasangan Bapak Joko dan Ibu Leginah. Adit adalah anak yg kuat. Setiap hari ia berangkat sekolah dengan berjalan kaki sejauh kurang lebih 700 m. Akses transportasi di Desa Kedunggubah memang tergolong sulit dengan kontur tanah pegunungan dan jalan yang masih berbatu. Bagi anak lain yg ayah atau ibunya memiliki kendaraan  bermotor, atau setidaknya sepeda ini tentu bukan halangan dan dapat diakses dengan cukup mudah, namun tidak bagi Adit yang tergolong dari keluarga tidak mampu.

Menurut data statistik Desa Kedunggubah, keluarga Adit adalah keluarga termiskin di desa tersebut. Ayahnya bekerja sebagai buruh di kebun. Penghasilannya sangat tidak menentu dan sangat tergantung dari musim panenan di kebun, sedang ibunya adalah seorang ibu rumah tangga. Mereka tinggal di sebuah rumah yang masih beralaskan tanah dengan dinding kayu yang sudah terlihat mulai melapuk. Meskipun demikian, orang tua Adit terus berjuang untuk memenuhi kebutuhan sekolah Adit dan kakaknya yang satt ini duduk di bangku kelas 4 di SD yang sama.

Setiap hari Adit memperoleh uang saku dari orang tuanya sebesar Rp 1.000, 00. Kebutuhan alat tulis seperti: buku tulis, pensil, dan penghapus diperoleh dari orang tuanya. Sementara itu, untuk tas, sepatu, dan baju seragam biasanya ia peroleh dari bekas milik tetangganya yang masih layak pakai.

Di sekolah, Adit termasuk siswa yang cukup pandai dan rajin belajar. Ia tidak pernah mengeluh dengan kondisinya, sebaliknya ia selalu terlihat semangat dan periang.

Adit, Anak ini bercita-cita menjadi astronot. "saya ingin menancapkan bendera merah putih di bulan," katanya dengan semangat. Anak ini begitu mengidolakan seorang astronot, berdasakan informasi dari guru, anak ini sangat suka menggambar hal2 berkenaan dengan astronot.

Adit, anak yang pandai, rajin, periang, kuat dan memiliki cita-cita luar biasa membuat tim SfS memutuskan untuk membantunya. Dialah penerima beasiswa SfS ke-9.
Semoga dengan ini Adit bisa lebih rajin dan semangat dalam menuntut ilmu. Semoga adit lancar sekolahnya, semoga adit bisa menjadi astronot kebanggaan Indonesia di masa depan.
Terimakasih para donatur dan teman2 semua yang sudah ikut berkontribusi dalam program beasiswa Scholarship for Scholarship. Semoga semua kebaikan yang teman2 berikan dibalas dengan yg lebih olehNya. Berbagi tak akan memiskinkan kita, tapi justru sebaliknya.
Anda Pemuda yang peduli? gabung bersama kami di Scholarship for Scholarship dan mari berbagi keceriaan dengan anak2 yatim piatu dan atau kurang mampu!




Read More




Anda melihat ada anak yang perlu dibantu?Buka ini dan Ajukan!

Berkenaan dengan adanya penawaran bantuan pendidikan dari komunitas Scholarship for Scholarship (SfS) berupa beasiswa bagi siswa-siswi yatim piatu dan atau kurang mampu tingkat SD-SMA, kami membuka kerjasama dengan seluruh elemen masyarakat untuk ikut serta berkontribusi dalam memberikan informasi dan masukkan kepada TIM SfS mengenai keberadaan siswa-siswi calon penerima beasiswa SfS. Syarat calon penerima beasiswa SfS adalah sebagai berikut:
  1. Sedang menempuh pendidikan di tingkat SD-SMA.
  2. Sekolah berada di kawasan DIY dan sekitarnya (Dalam jangkauan Tim SfS yang berlokasi di Jogja). Mekanisme penyaluran ke luar daerah khususnya luar Pulau Jawa diperuntukkan khusus jalur mitra kerjasama SfS.
  3. Merupakan anak yatim piatu dan atau berasal dari keluarga kurang mampu sehingga sangat mendesak untuk dibantu (Deskripsi detil dibutuhkan dalam isian form Pengajuan).
  4. Beasiswa ini bukanlah beasiswa prestasi dan tidak terbatas untuk siswa-siswi yang tergolong memiliki akademik unggul, akan tetapi siswa-siswi dengan prestasi baik akan diutamakan.
  5. Siswa-siswi yang telah menerima beasiswa khusus dari instansi pemerintah (KIP, PIP, BSM dan sejenisnya) tetap dapat diajukan.   

Apabila sekiranya di sekitar lingkungan saudara terdapat siswa-siswi yang masuk ke dalam kategori tersebut, dapat diajukan kepada tim dengan cara mengisi form Pengajuan yang dapat diperoleh dengan cara menghubungi tim via email sfsberbagi@gmail.com atau sms/wa terlebih dahulu ke nomor 081329248278


Form pengajuan harus diisi sedetil mungkin dengan infromasi yang akurat mengenai kondisi riil siswa-siswi yang diajukan sehingga dapat meyakinkan kami bahwa anak tersebut harus dibantu. Form yang telah diisi lengkap harap segera dikirim ke email sfsberbagi@gmail.com. Terimakasih banyak, partisipasi anda akan sangat berarti.
Read More




Senin, 31 Oktober 2016

Contact us

Join us! Scholarship for Scholarship, the spirit of charity!
Phone/Whatsapp: 081329248278
Email: sfsberbagi@gmail.com
Follow our Instagram on: @scholarshipforscholarship
Facebook : Scholarship for Scholarship
Read More




Siapakah target penerima beasiswa SfS dan bagaimana alur penyalurannya?


Target utama dari komunitas ini adalah siswa-siswi yatim piatu dan mereka yang kurang mampu secara ekonomi, khususnya untuk tingkat SD-SMA. Beasiswa ini bukanlah beasiswa prestasi dan tidak terbatas untuk siswa-siswi yang tergolong memiliki akademik unggul, akan tetapi siswa-siswi dengan prestasi baik akan diutamakan. Tim SfS akan memperoleh informasi mengenai keberadaan siswa-siswi tersebut melalui berbagai sumber, baik dari anggota komunitas maupun masyarakat luas. Anggota tim akan melakukan survei dengan cara terjun langsung ke sekolah tempat siswa-siswi tersebut belajar untuk meninjau kondisi riil siswa. Anggota tim yang terjun ke sekolah akan menggali informasi dari guru, kepala sekolah dan juga siswa calon penerima dengan melakukan wawancara. Informasi yang diperoleh selanjutnya disatukan dengan informasi awal yang diperoleh dari ajuan anggota tim maupun masyarakat. Siswa-siswi yang dikategorikan sesuai dengan target menurut penilaian tim akan langsung dinyatakan sebagai penerima beasiswa SfS.

Beasiswa SfS diberikan dalam bentuk uang bulanan dan peralatan sekolah. Penyaluran beasiswa dilakukan secara bertahap, 3 bulan sekali minimal selama 2 tahun. Khusus untuk bantuan berupa uang, nominal disesuaikan dengan kondisi siswa dan daerah asal siswa. Tim menjalin kerjasama dengan pihak sekolah untuk mekanisme penyaluran dan pengelolaan dana beasiswa. Bantuan berupa peralatan sekolah diberikan langsung kepada siswa pada saat hari penyaluran, sedangkan bantuan berupa uang beasiswa diberikan kepada pihak sekolah untuk selanjutnya dimasukkan ke tabungan siswa di sekolah. Tabungan khusus bagi siswa penerima beasiswa SfS ini hanya dapat diambil oleh wali kelas dan digunakan khusus untuk keperluan penunjang studi siswa semisal untuk membeli buku, tas, sepatu, seragam, dan peralatan sekolah lain serta tambahan uang saku bila dipertimbangkan perlu. Apabila tidak mendesak digunakan, dana tersebut dapat terus ditabung untuk persiapan siswa melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi.

Prinsip yang mendasari kerjasama antara tim dengan pihak sekolah adalah kepercayaan. Perwakilan anggota tim SfS dan pihak sekolah yang dalam hal ini diwakili oleh wali kelas siswa-siswi penerima beasiswa SfS akan menandatangani MoU sebagai pertanda bahwa kedua belah pihak berkomitmen mengelola dana bantuan beasiswa SfS khusus untuk keperluan studi siswa. MoU ini juga ditandatangani oleh kepala sekolah selaku kepala instansi. Tim SfS menghindari pemberian dana langsung kepada orang tua atau wali untuk meminimalisir adanya potensi penyalahgunaan dana beasiswa oleh orang tua seperti yang telah banyak terjadi sebelumnya. Monitoring akan dilakukan minimal tiga bulan sekali bersamaan dengan penyaluran beasiswa tahap selanjutnya.

Selain bantuan berupa material, komunitas SfS juga berusaha memberikan dukungan mental bagi siswa-siswi penerima beasiswa SfS. Hal ini dipertimbangkan perlu melihat cukup banyaknya siswa-siswi yatim piatu dan atau kurang mampu yang dalam hal ini merupakan target dari komunitas SfS tergolong memiliki pencapaian akademik yang biasa, kurang dan bahkan beberapa pernah tidak naik kelas. Tidak sedikit juga dari mereka memiliki karakter dan perilaku kurang baik. Anggota tim SfS akan menjadi kakak asuh bagi para siswa-siswi penerima beasiswa SfS. Tugas dari para kakak asuh ini adalah berusaha memberi dukungan motivasi agar para siswa dapat lebih semangat dan rajin lagi untuk belajar dan bersekolah serta memberi nasihat-nasihat agar perilaku siswa-siswi yang tergolong kurang baik sedikit demi sedikit dapat berubah menjadi lebih baik. Proses pemberian motivasi dan nasihat ini dapat dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung. Pemberian secara langsung dilakukan dengan cara terjun ke lapangan mengunjungi para siswa penerima beasiswa SfS, sedangkan secara tidak langsung melalui berbagai media yang memungkinkan.
Read More




Apa itu Scholarship for Scholarship?

Scholarship for Scholarship (SfS) adalah komunitas peduli pendidikan, pemberi beasiswa bagi siswa-siswi yatim piatu dan atau kurang mampu oleh para penerima beasiswa dan juga berbagai pihak yang turut peduli. Komunitas ini beranggotakan para mahasiswa penerima beasiswa dari berbagai institusi pemberi beasiswa dan pemuda-pemudi dari berbagai bidang profesi. Komunitas SfS merupakan organisasi non profit yang bergerak dalam bidang sosial kependidikan. Kegiatan utama dari komunitas ini adalah berupa penghimpunan donasi untuk selanjutnya disalurkan kepada siswasiswi yatim piatu dan atau kurang mampu dalam bentuk beasiswa untuk menunjang kebutuhan studi siswa. Komunitas ini resmi berdiri pada tanggal 25 Januari 2016.

Target dampak dari adanya komunitas Scholarship for Scholarship adalah berkurangnya permasalahan pendidikan di Indonesia terutama yang disebabkan oleh karena permasalahan ekonomi. Kehadiran komunitas Scholarship for Scholarship diharapkan dapat berkontribusi dalam mengurangi kesenjangan kualitas sarana prasarana pendukung pendidikan antara siswa-siswi mampu dengan siswa-siswi yatim piatu dan atau kurang mampu sehingga siswa-siswi yatim piatu dan atau kurang mampu dapat memperoleh kesempatan yang sama untuk berkembang. 

Read More




Jumat, 28 Oktober 2016

Penerima Beasiswa SfS ke -8

Dalam nuansa hari Sumpah Pemuda, kami perkenalkan Penerima beasiswa Scholarship for Scholarship ke -8, adalah Adik Maulana Akbar Ramadhan, kelas 4 SD N 4 Ponjong, Kab . Gunungkidul.
Maulana adalah anak yatim piatu. Ayahnya meninggal ketika dia masih kecil, sedang ibunya belum lama ini menyusul ayahnya. Anak ini sekarang hidup berdua saja bersama neneknya di sebuah rumah yg sederhana. Neneknya sudah tua, sudah tidak bekerja, Maulana dan nenek bisa hidup karena bibinya. Maulana bisa sekolahpun juga karena bibinya, bisa dibilang, Bibi dan pamannya yg bekerja sebagai buruh serabutan inilah sumber kehidupan Maulana dan nenek. Dia punya seorang kakak, sekarang sedang kuliah. Kabarnya ada seorang keluarga dermawan (gurunya) yang tergerak hatinya untuk menyekolahkan kakaknya hingga perguruan tinggi.
Pandangan pertama pada anak ini, kami sudah dibuat prihatin dengan kondisi seragam yg dikenakannya. Warnanya terlihat memudar, bahkan celananya sempit, dan terlihat beberapa sobekan. Ditambah ketika kami meminta dia mengambil tasnya, rit tasnya pun dol,,jadi tas tak bisa tertutup.
Anak ini, secara akademik memang tergolong biasa, bahkan tahun kemarin dia sempat tak Naik kelas. Sejatinya bukan karena dia bodoh, tapi karena hal lain yg membuat pihak sekolah tak bisa menaikkannya ke kelas 5. "Dia sempat cuti mas, pernah 3 bulan tidak berangkat sekolah, setelah itu sering bolos juga," begitu kata wali kelas mencoba menjelaskan.
Mendengar keterangan wali kelas yang sedikit janggal, kami pun mencoba mengajak anak ini ngobrol. Ya...memang benar, anak ini sangat pendiam dan agaknya tertutup. Entah kenapa tatapan matanya kadang terlihat kosong dan dingin, saat pertama kali kami ajak ngobrol, tak banyak kata keluar dari mulutnya. Terlihat jelas banyak hal tersimpan di dalam sana, yang mungkin dia sengaja simpan. Pelan-pelan kami coba pancing anak ini untuk berbicara, dan akhirnya dia mulai cair, sedikit demi sedikit kata2 keluar dari mulut kecilnya yang membuat hati kami getir.
"Saya tidak berangkat sekolah karena ibuk saya sakit, menunggu di rumah, kasian simbah uyut kalo ditinggal, " katanya pelan. Itu jawaban dia ketika ditanya kenapa sampai lama bolos sekolah. "Ibuk sekarang sudah meninggal, bapak sudah lama meninggal, sekarang saya tidur sama uyut, berdua satu kamar," tambahnya. Ketika kami tanya bapak meninggal karena apa, dia diam, lalu kami tanya ibuk meninggal karena sakit apa, dia pun tetap diam, tak satupun kata keluar dari mulutnya.
Melihatnya yg mulai menunduk, kami coba ganti ke topik lain. Kami bertanya2 dia berangkat ke sekolah Naik apa, dia jawab "Naik sepeda, sepedanya dikasih sama orang," jawabnya. Ketika kami tanya cita2 mau jadi apa, "pemain sepak bola, " jawabnya sambil tersenyum.
Mendengar jawaban2 si anak, kami lanjutkan diskusi dengan wali kelas. Di saat inilah, hati kami semakin getir mendengar cerita di balik anak yg pendiam ini. "Ayahnya maul meninggal karena AIDS mas, dan ibunya kabarnya tertular dan akhirnya meninggal juga, " wali kelas menjelaskan. "Anak ini, dia mungkin dendam begitu sama ayahnya, dan mungkin jg malu karena omongan2 orang tentang penyakit orang tuanya, " tambah wali kelas. Merinding sudah kami dibuatnya, pantas saja, anak itu langsung terdiam dan menunduk ketika kami bertanya2 soal penyakit orang tuanya. Anak ini pasti sangat kehilangan ibunya, mungkin kala itu dia terpukul, malu hingga sempat enggan sekokah lagi. Sungguh kami dibuat merasa bersalah atas pertanyaan kami tadi.
Maulana, dia dulu sempat dapat bantuan dari pemerintah, tapi saat ini tak lagi tercover oleh bantuan atau beasiswa apapun. Di saat siswa lain yg lebih beruntung mendapat beasiswa KPS, BSM atau PIP, Justru Maulana tak mendapatkanya. "Kami pun tak tau mas, status anak ini yg sekarang yatim dan belum masuk KK nenek atau kerabatnya membuat kendala bagi kami untuk mengajukannya," wali kelas menjelaskan.
Maulana, dia anak yang kuat. Berada di posisinya, tentu bukan hal yang mudah. Anak sekecil ini sudah harus merasakan pahitnya kehilangan orang tua, dan mendengar ocehan2 orang soal penyakit orang tuanya. Anak sekecil ini, dia harus hidup bersama nenek yg sudah menua dengan sederhana, membantu menyapu dan mencuci. Anak ini, benar2 mengajarkan kami akan banyak hal. Betapa harusnya kita ini bersyukur, dengan apa yg kita miliki saat ini, terlebih orang tua yang masih bisa kita peluk erat tubuhnya. Betapa lebih beruntungnya kita, dengan segala nikmat yang terkadang masih juga banyak kita keluhkan. Anak ini adalah kekuatan, cermin untuk kita bisa lebih bersyukur.
Kami yang biasanya suka memberi masukkan dan motivasi ke anak2 yg kami survei, Kali ini bingung ingin mengajarkan apa, karena sejatinya Justru kami yg banyak belajar dari dik Maulana. Kami hanya coba menyisipkan sokongan semangat, pesan untuk lebih giat sekolah agar bisa membahagiakan nenek, serta bapak ibuk yang sudah di Surga.
Segala informasi yang kami dapat sudah lebih dari cukup meyakinkan kami untuk membantu adik Maulana. Dialah penerima beasiswa Scholarship for Scholarship ke 8. Semoga dengan ini adik Maulana bisa terbantu, bisa lebih semangat, lebih rajin belajar dan sekolah.
Tak bosan kami ucapkan terimakasih kepada seluruh donatur dan semua pihak yang telah mendukung program ini. Semoga apa yg kita lakukan ini bisa bermanfaat, dan apa yang teman2 semua sedekahkan bisa menjadi amal baik serta dibalas dengan yang berlipat olehNya. Amin....
Tak bosan juga kami mengajak teman2 untuk Gabung bersama kami di Scholarship for Scholarship, dan Mari berbagi keceriaan dengan siswa-siswi yatim piatu dan atau kurang mampu. Sedikit dari kita, akan sangat berarti bagi pendidikan mereka!
Anda PEMUDA yang peduli? Segera gabung bersama kami dan Mari beraksi!
Read More




Penerima beasiswa SfS ke-7

Penerima beasiswa Scholarship for Scholarship ke-7 adalah adik Nayla Putri Maharani, siswi kelas 1 SD 4 Ponjong, Gunungkidul.
Adik yang akrab disapa Putri ini hidup bersama Ibu, Ayah, kakak, dan neneknya di Desa Trembesi, Ponjong. Rumahnya tak jauh dari SD sehingga tiap pergi dan pulang sekolah selalu jalan kaki. Ayahnya bekerja sebagai buruh di tempat pengelolaan sampah. Ibunya tidak bekerja hanya ibu rumah tangga, kakaknya sudah bekerja di pabrik pembuatan baja dan sudah memiliki keluarga sendiri, sedangkan neneknya buruh di sawah milik orang lain.
Tiap harinya, Putri diberi uang saku Ibunya rata-rata sebesar Rp2.500. Ketika diwawancara, Putri bercerita tentang kondisi rumahnya. Rumahnya masih gedheg (dinding yang terbuat dari anyaman bambu) dengan lantai berupa batu, "batu berwarna coklat" begitu Putri bilang. Orang tua Putri belum memiliki sepeda motor dan belum memiliki hewan ternak seperti sapi maupun kambing. Orangtuanya hanya memiliki beberapa ekor ayam saja.
Berdasarkan keterangan wali kelas, anak ini memang kemampuan daya tangkapnya tergolong kurang dibanding yang lain. Hal ini karena dia memang tidak sekolah TK sebelumnya. "Ayah dan Ibunya mungkin tidak kuat untuk menyekolahkannya TK, mas mbak sendiri tau kan, kalau SD ini gratis, tapi kalau TK justru malah tidak gratis," kata ibu wali kelas. Walau begitu, anak ini masih tetap bisa fokus ketika pelajaran di kelas dan terus berusaha mengejar teman2nya yg lain. Semangat belajarnya juga bagus menurut kami. Dia rajin masuk sekolah dan juga mengikuti les seminggu dua kali tiap hari Jumat dan Senin di rumah guru/wali kelasnya bersama teman2nya yg lain. Untuk membayar biaya lesnya ini, Putri harus menunggu Ayahnya mendapat upah dulu baru bisa bayar les.
Anak yg lucu dan imut ini juga bercerita bahwa dia mempunyai tabungan sendiri di rumah. Namun uang hasil tabungannya itu kemudian diberikannya kepada Ibu. "Untuk membantu Ibu", begitu katanya. Sungguh anak yang berbakti bukan adik Putri ini?
Ketika diwawancara pun Putri ini terlihat bukan anak yang minder. Bahkan bisa dibilang, anak ini paling berani dan PD dibanding kakak2 kelasnya. Ketika ditanya cita-cita mau jadi apa, Anak ini menjawab dengan malu2, "ingin menjadi dokter" jawabnya lirih. Ketika ditanya alasannya kenapa mau jadi dokter, dengan malu2 Putri berbisik pada salah satu tim, “Nanti kalau Ibu sakit, Putri bisa obatin”. Sungguh jawaban yang menggetarkan hati bukan?
Putri telah berjanji pada tim SfS untuk terus rajin belajar dan rajin masuk sekolah agar menjadi anak yang pintar dan bisa mewujudkan cita-citanya itu. Pada akhirnya tim memutuskan untuk memberi adik Putri ini beasiswa Scholarship for Scholarship. Anak yang riang, berbakti, prihatin dan berhati mulia. Sungguh anak ini membuat tim tidak bisa untuk tidak membantunya.
Terimakasih banyak kami sampaikan untuk semua teman2 donatur atas partisipasinya dalam program beasiswa Scholarship for Scholarship. Kami sepenuhnya sadar, tanpa keikhlasan berbagi kalian, kami mungkin tak akan bisa menemukan dan membantu dik Putri. Semoga apa yang teman2 semua berikan dibalas dengan yang berlipat olehNya. Amin...
Special thanks untuk Ibu kami di LPDP ibu Ratna Prabandari dan juga teman2 Awardee lain yang turut mendukung program komunitas ini. Serta teman2 penerima beasiswa lainnya yg turut bergabung dengan SfS.
Semangat Berbagi!
Mari Menginspirasi!
Gabung bersama kami di Scholarship for Scholarship untuk berbagi keceriaan dengan siswa-siswi yatim piatu dan atau kurang mampu. Semakin banyak yg bergabung, semakin banyak dari mereka yang terbantu.
Read More




Gathering Tim Inti

Anak-anak muda ini semuanya penerima beasiswa, meskipun beda-beda beasiswanya, anak-anak muda ini punya niat yang sama yaitu berbagi sedikit dari yang diterima bagi adik2 yang membutuhkan. Anak2 muda ini bergabung dalam suatu kumpulan yang dinamai Scholarship for scholarship (SfS). Secara lurus dapat diartikan beasiswa untuk beasiswa. Ya kumpulan anak muda penerima beasiswa ini menyisihkan sedikit beasiswanya untuk memberikan beasiswa. SfS hingga saat ini sudah berjalan selama 7 bulan nhingg saat ini sudah ada 6 adik yang menerima beasiswa SfS. Donaturpun semakin banyak, tidak hanya dari kalangan anak muda penerima beasiswa, anak muda yang telah bekerja bahkan orangtuapun ikut membagikan sedikit dari yang dimiliki.
Malam ini, judulnya kumpul2 buburhayam... Sambil menikmati makanan membahas tentang keberlanjutan SfS sehingga semakin lebih baik dan tertata, sekaligus membahas target survey penerima beasiswa SfS s3lanjutnya. Trima kasih kakak2 atas semangat, ide serta sarannya. Maju terus dan tetap kompak.
Read More




She promised me. Cerita Penyaluran Beasiswa Tahap 2 dan 3 kepada Adik Dwi Astuti

She promised me. Cerita Penyaluran Beasiswa Tahap 2 dan 3 kepada Adik Dwi Astuti.

Dwi Astuti, siswi kelas 5 SDN Bantulan 1, Pandak, Bantul.
Siswi ini dikenal suka bolos, prestasi akademik kurang, dan seperti tak punya semangat belajar. Begitulah sekiranya pandangan guru dan kepala sekolah. Siswi ini bahkan tidak Naik kelas, harusnya sekarang dia sudah kelas 6, tapi Karena berbagai pertimbangan sekolah tidak bisa menaikkan siswi ini ke kelas 6.
"Sekolah aja bolos terus, tiap ada PR tidak dikerjakan, kami sudah berusaha memberi nasihat semaksimal mungkin tp tetap tak berubah", begitu kata kepala sekolah
Ibu wali kelas juga menjelaskan bagaimana tak kurang2nya beliau menasihati anak ini, tapi ya tetap seperti ini adanya.
Anak ini, adalah salah satu penerima beasiswa @scholarshipforscholarship . Dia anak yatim, hidup bersama ibu, 1 kakak dan 1 adik. Dulu ibunya bekerja sebagai penjual angkringan dan anak ini sering bolos Karena membantu jualan juga mengurusi adiknya yg masih kecil. Tapi sekarang kabarnya ibunya tak lagi jualan angkringan, " ganti jualan es marimas, ibu ndak ada modal", katanya.
Pihak sekolah mencoba menjelaskan sedetil mungkin mengenai anak ini, mungkin mereka ingin kami berfikir ulang untuk lanjut atau tidak memberi bantuan pada anak ini.
"Secara ekonomi, anak ini memang sangat membutuhkan, tapi secara akademik juga seperti ini, monggo mau seperti apa mas," kepala sekolah menjelaskan.
Tanpa pikir panjang aku bilang secara tegas "kami lanjut Pak".
Justru anak yg seperti ini yang harus kita pikirkan bersama, tak bisa kita biarkan anak ini terus dalam keterpurukannya. Aku coba jelaskan pada Tim @scholarshipforscholarship
Yg ikut datang ke sekolah bersamaku.
Anak ini memang punya masalah dengan motivasi belajar, dan juga tak ada dukungan kuat untuk sekolah dari orang rumah. Mungkin ibu nya pun lebih senang anak ini tidak sekolah, Karena bisa bantu2 di rumah. Ditambah dia habis tinggal kelas, pasti juga ada beban mental, rasa malu di sekolah. Inilah kesimpulan yg bisa aku tarik dari hasil ngobrolku dengan anak ini.
Tim yg datang mencoba ngobrol personal dengan anak ini, kakak2 itu mencoba menyisipkan nasihat Dan motivasi kepada dik Dwi.
Dan aku tantang anak ini untuk berbenah. Aku bilang "kamu berani janji untuk tidak bolos sekolah lagi? Kamu berani janji dengan dirimu sendiri dan juga kakak untuk lebih giat belajar agar bisa Naik kelas? Kakak janji, kalau kamu rajin, kakak akan kasih kamu hadiah, tapi kalau kamu ndak bisa lebih baik, kakak minta maaf tidak bisa membantu adik lagi, kami tidak akan pernah datang lagi ke sekolah ini untuk menjenguk adik. Dan kakak bisa tau kamu bolos atau tidak dari ibu guru dan Pak kepala sekolah, kakak simpan nomor mereka untuk memantau kamu," kataku sambil mengacungkan jari kelingking ke arahnya.
Dia sejenak terdiam, matanya nampak mulai berkaca. Anak ini sebenernya bisa, aku yakin dia bisa, seperti banyak hal tersimpan di dalam sana yg tidak bisa dia ceriterakan kepadaku. Mulutnya terlalu kaku untuk banyak bekata.
Dan dengan pandangan Mata ke arahku, dia acungkan juga jari kelingkingnya lalu menggaet kelingkingku. "Janji," katanya pelan.
Stelah itu kami lebih mantap untuk terus membantunya. Aku berdiskusi dengan Pak kepala sekolah dan juga guru kelas untuk anak ini kedepannya, pihak sekolah dan kami berkomitmen untuk lebih memperhatikan anak ini.
Inilah salah satu komitmen kami di Scholarship for scholarship. Kami tak ingin cuma membantu secara material,tapi kami juga ingin membantu sokongan motivasi.
Semoga janji kelingking ini adalah awal yg baik dan anak ini benar2 bisa lebih rajin serta Naik kelas nantinya. Amin...
Di saat kita tengah berpikir dan berbuat untuk kebaikan orang lain, maka sejatinya kita juga tengah membelajarkan diri kita sendiri untuk hidup lebih baik. Ada banyak celah untuk kita belajar tentang kehidupan, termasuk di dalamnya dengan berbagi. Dan berbagi dengan anak yatim adalah salah satu yang terbaik.
Ini adalah cerita dari penyaluran beasiswa Scholarship for Scholarship tahap 2 kepada Adik Dwi. Atas nama tim Scholarship for Scholarship kami ucapkan terimakasih banyak kepada seluruh donatur yang tak bisa kami sebut satu per satu. Semoga apa yang teman2 sedekahkan bisa jadi amal baik dan memperlancar rejeki kalian kedepannya. Amin..!!!!
Mau ikut berbagi untuk membantu pendidikan anak2 yatim Dan atau kurang mampu? Gabung bersama kami di Scholarship for Scholarship. Semakin banyak yang bergabung, semakin banyak anak yang terbantu.
More info 082167505124
Open donation No rek. BRI 3012-01-010564-53-9 an. Getrudis Kerans
Our other stories on:
IG @Scholarshipforscholarship
Read More




Penerima beasiswa SfS ke-6

Penerima beasiswa Scholarship for scholarship ke-6, adik Ridwan Eka Prasetya, kelas 4 SD Krajan Kabupaten Bantul.

Ridwan hidup bersama ibu dan ayah tiri yang keduanya bekerja sebagai buruh tani. Ayah kandung Ridwan meninggal karena kecelakaan. Memiliki satu adik berumur 2 th.
Ketika ditanya mengenai kondisi rumah dan keluarga, anak yang satu ini cukup berhasil membuat tim merasa haru dan prihatin. Di samping ceritanya mengenai kondisi fisik rumah yg serba sederhana, dia pun bercerita kalau di rumah dia tidak punya tv. "kalau kepengin nonton tv saya ke rumah teman kak," jawabnya ketika ditanya oleh tim.
Anak yg satu ini gemar menabung. Setiap hari rata2 dikasih uang jajan 2rb, sebagian ia sisihkan untuk ditabung dicelengan miliknya. bahkan setiap hari jumat dia sering tidak jajan karena uang jajannya dia gunakan untuk infak.
Berdasarkan keterangan wali kelas, prestasi Ridwan tergolong biasa. Dia terakhir raking 12 dari 25 siswa di kelasnya. Tapi ada satu hal menarik darinya, ketika sesi wawancara tim dibuat kagum karena kemampuannya yg cukup baik dalam berbahasa inggris. Bahkan gurunya pun tidak tahu soal itu.
Perhatian tim tertuju pada seragam dan peralatan sekolah Ridwan. Cukup prihatin, celana berlobang, tas pun jg berlubang, dan sepatu yang kurang layak masih dia kenakan. Tapi dia tak sedikitpun malu mengenakannya.
Ridwan, sosok anak yg berani. Ketika ditanya berani tidak untuk menaikkan ranking menjadi 5 besar, dengan tegas dia menjawab BERANI!. Anak ini memiliki cita2 menjadi seorang polisi. "biar bisa menangkap pencopet," celotehnya ketika ditanya mengapa ingin jadi polisi.
Pada akhirnya, tim memutuskan untuk membantu dan berbagi keceriaan dengan Ridwan dengan memberinya beasiswa Scholarship for Scholarship.
Dan masih banyak anak-anak bernasib kurang beruntung di luar sana yang menanti uluran bantuan kita.
Mau ikut bantu pendidikan dan berbagi keceriaan dengan anak yatim piatu dan kurang mampu? Mari gabung di Scholarship for Scholarship. Komunitas pemberi beasiswa dari penerima beasiswa dan kalian semua yang berjiwa sosial tinggi! Ikuti akun Instagram @scholarshipforscholarship untuk info lebih lanjut ke 082167505124.
Semangat berbagi! sebagain dari rejeki kita adalah milik mereka yang kurang beruntung. Berbagi memperlancar datangnya rejeki ðŸ˜ŠðŸ˜ŠðŸ˜ŠðŸ˜Š
Terimakasih kepada seluruh donatur yg telah rela berbagi. Semoga menjadi amal baik dan dibalas dengan yg lebih baik oleh yang di Atas. Amin...
Read More




Penyaluran beasiswa Scholarship for scholarship tahap 2 kepada dek Pasha dan Kharisma

Penyaluran beasiswa Scholarship for scholarship tahap 2 kepada dek Pasha dan Kharisma dari SDN Gelaran 2 Kabupaten Gunungkidul,

Terimakasih kepada seluruh donatur dan teman2 yang telah tergerak untuk membantu, semoga apa yg kita semua berikan dapat bermanfaat dan InsyaAlloh semoga dibalas rejeki yang jauh lebih baik olehNya.

Berbagi adalah cara terbaik untuk bersyukur..Bangsa ini sudah terlalu banyak yg bicara, mari ambil aksi!

Mau ikutan gabung bantu pendidikan anak yatim dan kurang mampu?yuh kepoin IG @scholarshipforscholarship more info 082167505124
Read More




Return to top of page
Powered By Blogger | Design by Genesis Awesome | Blogger Template by Lord HTML