Jumat, 28 Oktober 2016

Penerima Beasiswa SfS ke-3

Penerima Beasiswa Scholarship for Scholarship ke-3.
Adalah Dwi Astuti. Siswi kelas 5 SD Bantulan 1, Gilangharjo, Pandak, Kabupaten Bantul .

Siswi yang satu ini dikenal pendiam dan kurang bergaul dengan teman2nya. Dikenal sering tidak masuk sekolah dan berdasarkan penilaian guru2 anak ini digolongkan memiliki kemampuan akademik rendah. PR2 sering tidak dikerjakan dan seringkali sulit menangkap pelajaran.
Di balik panilaian negatif terhadap dirinya, sejatinya anak ini memiliki kisah hidup yang cukup mengharukan yang mungkin membuatnya menjadi seperti ini.
Saat ngobrol dengan siswi ini, pertama sangat sulit. dia memang pendiam dan sulit diajak berkomunikasi. Pribadi yang tertutup. Hingga akhirnya siswi ini terpantik dalam obrolan dan keluarlah semua cerita dari mulut kecilnya itu.
Dia hidup bersama dengan Ibu, kakak (kelas 3 smp)dan adik (usia lebih kurang 1th). Ayahnya sudah meninggal. Ibunya bekerja sebagai pedagang angkringan. Otomatis ibunya menjadi tulang punggung keluarga. Berdasarkan informasi dari guru dan masyarakat yg mengajukan anak ini, kehidupan keluarga Dwi pas-pasan dan bahkan terbilang kurang mampu.
Tiap hari diberi uang saku 2rb oleh ibunya. Uang tersebut seringkalo tidak dijajakannya, tapi justru dikembalikan lagi ke ibunya. Alasannya adalah, "karena ibu tidak punya uang." Anak ini tergolong rajin. Dia sering membantu ibunya jualan dan cuci piring. Untuk membuktikan itu, tim bertanya tentang harga2 barang yang biasa dijual di angkringan. Satu demi satu item dia sebutkan harganya, "nasi kucing 1rb, sate usus 2rb, sate telur puyuh 3rb, gorengan 500, es teh 2 rb, es jeruk 2rb. Satu hal yg cukup mengharukan, dia bahkan menjelaskan bagaimana lihainya dia dalam membuat es jeruk.
Ibunya berjualan dari pagi sampai sore. Malam hari tutup. Berdasar info ini, korelasi yang muncul adalah bahwa anak ini sering tidak masuk sekolah karena membantu ibunya jualan. Dia mengaku bahwa dia sering membantu ibunya jualan atau mengurus adiknya yang masih kecil ketika ibunya repot jualan. Bahkan gurunya pun geleng2 ketika anak ini bisa bercerita dan menjawab pertanyaan2 yang diajukan kepadanya. Padahal, biasanya dia sangat pendiam dan sulit diajak komunikasi.
Cerita sedih lain yang muncul adalah tentang 2 sepeda othel yang ada di rumahnya. Keluarganya tidak punya sepeda motor. 1 sepeda digunakan kakaknya untuk sekolah. 1 yang lain digunakan oleh ibu. Menurut pengakuannya, Ibunya seringkali mengantarnya ke sekolah dengan sepeda. Sambil menggendong adiknya yang masih kecil itu.
Saat ditanya Cita-citanya, dengan tegas anak ini menjawab ingin menjadi seorang Polwan.
Sungguh salut dengan anak ini. Dia adalah anak yang kuat dan sabar. Di balik nilai negatifnya di sekolah, dia punya nilai positif yang amat besar. Nilai positif inilah yang membuat SfS memutuskan untuk sedikit membantunya.
Dan masih banyak anak2 yang bernasib kurang beruntung di luar sana dan sedang menunggu uliran tangan kita.
Ingin ikut membantu pendidikan anak yatim piatu dan kurang mampu?? Yuh gabung di Scholarship for Scholarship. More info 082167505124. Follow akun Instagram @Scholarshipforscholarship.
Mari Budayakan Berbagi. Bila hanya terus mengejar kepentingan dan kebutuhan sendiri, sejatinya kita telah mati.



Subscribe to Our Blog Updates!




Share this article!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Return to top of page
Powered By Blogger | Design by Genesis Awesome | Blogger Template by Lord HTML