Dalam nuansa hari Sumpah Pemuda, kami perkenalkan Penerima beasiswa Scholarship for Scholarship ke -8, adalah Adik Maulana Akbar Ramadhan, kelas 4 SD N 4 Ponjong, Kab . Gunungkidul.

Maulana adalah anak yatim piatu. Ayahnya meninggal ketika dia masih kecil, sedang ibunya belum lama ini menyusul ayahnya. Anak ini sekarang hidup berdua saja bersama neneknya di sebuah rumah yg sederhana. Neneknya sudah tua, sudah tidak bekerja, Maulana dan nenek bisa hidup karena bibinya. Maulana bisa sekolahpun juga karena bibinya, bisa dibilang, Bibi dan pamannya yg bekerja sebagai buruh serabutan inilah sumber kehidupan Maulana dan nenek. Dia punya seorang kakak, sekarang sedang kuliah. Kabarnya ada seorang keluarga dermawan (gurunya) yang tergerak hatinya untuk menyekolahkan kakaknya hingga perguruan tinggi.
Pandangan pertama pada anak ini, kami sudah dibuat prihatin dengan kondisi seragam yg dikenakannya. Warnanya terlihat memudar, bahkan celananya sempit, dan terlihat beberapa sobekan. Ditambah ketika kami meminta dia mengambil tasnya, rit tasnya pun dol,,jadi tas tak bisa tertutup.
Anak ini, secara akademik memang tergolong biasa, bahkan tahun kemarin dia sempat tak Naik kelas. Sejatinya bukan karena dia bodoh, tapi karena hal lain yg membuat pihak sekolah tak bisa menaikkannya ke kelas 5. "Dia sempat cuti mas, pernah 3 bulan tidak berangkat sekolah, setelah itu sering bolos juga," begitu kata wali kelas mencoba menjelaskan.
Mendengar keterangan wali kelas yang sedikit janggal, kami pun mencoba mengajak anak ini ngobrol. Ya...memang benar, anak ini sangat pendiam dan agaknya tertutup. Entah kenapa tatapan matanya kadang terlihat kosong dan dingin, saat pertama kali kami ajak ngobrol, tak banyak kata keluar dari mulutnya. Terlihat jelas banyak hal tersimpan di dalam sana, yang mungkin dia sengaja simpan. Pelan-pelan kami coba pancing anak ini untuk berbicara, dan akhirnya dia mulai cair, sedikit demi sedikit kata2 keluar dari mulut kecilnya yang membuat hati kami getir.
"Saya tidak berangkat sekolah karena ibuk saya sakit, menunggu di rumah, kasian simbah uyut kalo ditinggal, " katanya pelan. Itu jawaban dia ketika ditanya kenapa sampai lama bolos sekolah. "Ibuk sekarang sudah meninggal, bapak sudah lama meninggal, sekarang saya tidur sama uyut, berdua satu kamar," tambahnya. Ketika kami tanya bapak meninggal karena apa, dia diam, lalu kami tanya ibuk meninggal karena sakit apa, dia pun tetap diam, tak satupun kata keluar dari mulutnya.
Melihatnya yg mulai menunduk, kami coba ganti ke topik lain. Kami bertanya2 dia berangkat ke sekolah Naik apa, dia jawab "Naik sepeda, sepedanya dikasih sama orang," jawabnya. Ketika kami tanya cita2 mau jadi apa, "pemain sepak bola, " jawabnya sambil tersenyum.
Mendengar jawaban2 si anak, kami lanjutkan diskusi dengan wali kelas. Di saat inilah, hati kami semakin getir mendengar cerita di balik anak yg pendiam ini. "Ayahnya maul meninggal karena AIDS mas, dan ibunya kabarnya tertular dan akhirnya meninggal juga, " wali kelas menjelaskan. "Anak ini, dia mungkin dendam begitu sama ayahnya, dan mungkin jg malu karena omongan2 orang tentang penyakit orang tuanya, " tambah wali kelas. Merinding sudah kami dibuatnya, pantas saja, anak itu langsung terdiam dan menunduk ketika kami bertanya2 soal penyakit orang tuanya. Anak ini pasti sangat kehilangan ibunya, mungkin kala itu dia terpukul, malu hingga sempat enggan sekokah lagi. Sungguh kami dibuat merasa bersalah atas pertanyaan kami tadi.
Maulana, dia dulu sempat dapat bantuan dari pemerintah, tapi saat ini tak lagi tercover oleh bantuan atau beasiswa apapun. Di saat siswa lain yg lebih beruntung mendapat beasiswa KPS, BSM atau PIP, Justru Maulana tak mendapatkanya. "Kami pun tak tau mas, status anak ini yg sekarang yatim dan belum masuk KK nenek atau kerabatnya membuat kendala bagi kami untuk mengajukannya," wali kelas menjelaskan.
Maulana, dia anak yang kuat. Berada di posisinya, tentu bukan hal yang mudah. Anak sekecil ini sudah harus merasakan pahitnya kehilangan orang tua, dan mendengar ocehan2 orang soal penyakit orang tuanya. Anak sekecil ini, dia harus hidup bersama nenek yg sudah menua dengan sederhana, membantu menyapu dan mencuci. Anak ini, benar2 mengajarkan kami akan banyak hal. Betapa harusnya kita ini bersyukur, dengan apa yg kita miliki saat ini, terlebih orang tua yang masih bisa kita peluk erat tubuhnya. Betapa lebih beruntungnya kita, dengan segala nikmat yang terkadang masih juga banyak kita keluhkan. Anak ini adalah kekuatan, cermin untuk kita bisa lebih bersyukur.
Kami yang biasanya suka memberi masukkan dan motivasi ke anak2 yg kami survei, Kali ini bingung ingin mengajarkan apa, karena sejatinya Justru kami yg banyak belajar dari dik Maulana. Kami hanya coba menyisipkan sokongan semangat, pesan untuk lebih giat sekolah agar bisa membahagiakan nenek, serta bapak ibuk yang sudah di Surga.
Segala informasi yang kami dapat sudah lebih dari cukup meyakinkan kami untuk membantu adik Maulana. Dialah penerima beasiswa Scholarship for Scholarship ke 8. Semoga dengan ini adik Maulana bisa terbantu, bisa lebih semangat, lebih rajin belajar dan sekolah.
Tak bosan kami ucapkan terimakasih kepada seluruh donatur dan semua pihak yang telah mendukung program ini. Semoga apa yg kita lakukan ini bisa bermanfaat, dan apa yang teman2 semua sedekahkan bisa menjadi amal baik serta dibalas dengan yang berlipat olehNya. Amin....
Tak bosan juga kami mengajak teman2 untuk Gabung bersama kami di Scholarship for Scholarship, dan Mari berbagi keceriaan dengan siswa-siswi yatim piatu dan atau kurang mampu. Sedikit dari kita, akan sangat berarti bagi pendidikan mereka!
Anda PEMUDA yang peduli? Segera gabung bersama kami dan Mari beraksi!