Sabtu, 11 Februari 2017

Peringatan 1 Tahun SfS Berbagi


Rangkaian acara memperingati 1 tahun lahirnya Scholarship for Scholarship pada 27 Januari 2017 berjalan lancar. Bertempat di SD N Kembangan Bantul, tim SfS memberikan kelas motivasi dan berbagi keceriaan dengan siswa-siswi di sana. Dalam kegiatan ini, Tim SfS menemani siswa-siswi melakukan kegiatan-kegiatan menarik seperti senam pagi chicken dance, melakukan berbagai jenis permainan, beberapa percobaan ilmiah, hingga membimbing siswa-siswi melukiskan mimpi-mimpi mereka. Siswa-siswi terlihat sangat antusias dan semangat mengikuti rangkaian kegiatan ini dari awal sampai akhir.

Selain memberikan kelas motivasi, dilakukan juga penyerahan donasi buku dan peralatan tulis kepada siswa-siswi terpilih. Tim SfS juga berdiskusi dengan pihak sekolah dan melakukan wawancara kepada beberapa siswa untuk menyeleksi calon-calon penerima beasiswa SfS yang telah diusulkan oleh pihak sekolah. Terdapat 3 siswa dari SD N Kembangan ini yang pada akhirnya diiberikan beasiswa SfS.   
 




Setelah rangkaian kegiatan kelas motivasi di Sekolah berakhir, dilanjutkan dengan gathering tim inti yang dilakukan di rumah salah satu anggota tim yang tidak jauh dari lokasi Sekolah. Dalam gathering ini, tim inti Scholarship for Scholarship (SfS) membahas berbagai hal tentang SfS terutama mengenai pencapaian-pencapaian selama satu tahun, evaluasi dan strategi-strategi ke depan untuk mengembangkan SfS agar lebih baik dan dapat memberikan manfaat yang lebih luas.



Sekilas Pencapaian 1 th SfS:
Hingga saat ini, sedikitnya 25 siswa yatim piatu dan atau kurang mampu telah dibantu melalui beasiswa SfS. Sudah cukup banyak pemuda-pemudi yang bergabung dengan latar belakang yang beragam, baik mahasiswa, penerima beasiswa, maupun mereka yg sudah bekerja. Jumlah tim inti adalah 21 orang, sedangkan jumlah donatur hingga saat ini tidak kurang dari 30 orang. Saat ini SfS tengah berkembang dan akan mencoba lebih banyak lagi menggaet pihak-pihak yang turut peduli, agar semakin banyak pula pendidikan siswa-siswi yatim piatu dan atau kurang mampu dapat dibantu.

Jangan biarkan kesulitan ekonomi menjadi batu sandungan bagi pendidikan mereka! Tetap semangat dalam berbagi! SfS, The Spirit of Charity.
Read More




Penerima Beasiswa SfS ke-20


Image may contain: 3 people, people standing
Penerima Beasiswa Scholarship for Scholarship ke-20, Adik Rani, siswa kelas 5 SDN 1 Randegan, Kec. Wangon, Kab. Banyumas.

Rani adalah salah satu siswa yang masuk dalam daftar siswa yang direkomendasikan oleh pihak sekolah untuk mendapat beasiswa SfS.

Rani merupakan siswa berprestasi yang banyak dibanggakan oleh guru-gurunya. Beberapa prestasi yang pernah dicapai oleh Rani adalah juara 2 lomba cerdas cermat dan juara 3 lomba catur tingkat SD se-kecamatan Wangon. Selain itu, Rani juga merupakan siswa yang kerap mendapat ranking 3 besar di kelas.

Hal yang cukup membuat tim SfS prihatin adalah bahwa siswa ini berasal dari keluarga yang terbatas dalam hal ekonomi. Rani sangat ingin melanjutkan pendidikan setelah lulus SD. Namun apa daya, kedua orangtuanya bekerja sebagai buruh harian lepas, yang notabene penghasilannya tidak tetap setiap harinya, serta keadaan orangtua yang mulai memasuki usia lanjut bisa jadi kendala tersendiri untuk kelanjutan pendidikan Rani.

Rani adalah anak 5 bersaudara. Dari kelima saudara Rani, diceritakan bahwa 2 di antaranya sudah berkeluarga sehingga sudah tidak tinggal bersama lagi dengan orang tua. Kakak ketiganya telah bekerja sebagai buruh pabrik di Ibukota. Sekalipun sudah bekerja, namun penghasilan kakak Rani sebagai buruh pabrik lebih digunakan untuk kebutuhan pribadinya sehingga ekonomi keluarga Rani tetap bertumpu pada kedua orangtuanya. Kakak keempatnya saat ini sudah lulus SMP, namun tidak melanjutkan ke jenjang berikutnya dikarenakan kendala ekonomi, dan hingga saat ini masih belum mendapat pekerjaan (menganggur). Dengan melihat keadaan keluarga yang demikian, wajar bila Rani merasa ragu atas keinginannya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang SMP.

“Saya ingin lanjut ke SMP, tapi saya juga kasihan sama bapak ibu” begitu kurang lebih tutur Rani ketika bercerita mengenai keinginannya untuk melanjutkan sekolah. Diceritakan olehnya bahwa sekalipun nanti dia bisa lanjut ke SMP, dia akan sangat merasa iba kepada kedua orangtuanya yang harus menanggung biaya sekolahnya.

Rani, siswa yang tidak hanya berprestasi di bidang akademik, akan tetapi juga di bidang olahraga catur, memiliki keinginan dan semangat untuk melanjutkan pendidikan meski keadaan ekonomi terbatas, fakta-fakta ini membuat tim SfS memutuskan untuk menjadikan Rani sebagai salah satu penerima beasiswa SfS. SfS ingin membantu Rani menjaga mimpi dan semangatnya untuk terus melanjutkan pendidikannya ke jenjang berikutnya!
Read More




Penerima Beasiswa SfS ke-19


Image may contain: 3 people, people standingPenerima Beasiswa Scholarship for Scholarship ke-19, Khomsiyatun Khasanah, siswa kelas 3 SD N 1 Karanggude, Kec. Karanglewas, Kab. Banyumas, Jawa Tengah.

Siswa yang kerap disapa Sanah ini merupakan salah satu siswa yatim di sekolahnya. Ayahnya yang awalnya merupakan pekerja peternakan ayam telah meninggal 6 bulan yang lalu. Alhasil ibunya saat ini menjadi tulang punggung utama atas biaya hidup Sanah beserta anak keduanya yang masih balita. Ketika diwawancarai oleh tim SfS, Sanah menceritakan bahwa saat ini ia hidup di rumah sang kakek dan nenek bersama Ibu dan adiknya yang masih balita. Sang kakek yang sudah renta diceritakan sudah tidak bekerja, sedangkan sang nenek masih membantu bekerja sebagai penggoreng kripik di home-industri tetangga yang berjarak tak jauh dari rumahnya. Ibunda Sanah bekerja ala kadarnya, sebagai pembantu rumah tangga di rumah tetangga tak jauh dari rumah sembari mengurus anak keduanya yang masih balita.


“Saya kadang sedih karena lihat ibu sering sakit dan kadang jadi tidak bisa bekerja.” Begitu kira-kira penuturan Sanah di tengah wawancara bersama tim SfS dengan raut muka yang polos. Diakui oleh Sanah pula bahwa ibunya sering sakit-sakitan sehingga terkadang terpaksa tidak bisa bekerja. Berdasarkan hasil wawancara bersama Sanah juga ibu wali kelas 3 SD N 1 Karanggude, tim SfS menyimpulkan bahwasanya memang keadaan ekonomi keluarga Sanah pasca meninggalnya sang Ayah cukup banyak berpengaruh, terlebih dalam keadaan sang Istri yang harus menanggung 2 anak yakni Sanah dan adiknya yang masih balita.

Menurut pengakuan guru wali kelas 3 serta beberapa guru lainnya, Sanah termasuk siswa yang berprestasi, terbukti dengan 5 peringkat teratas yang selalu diraihnya. Sanah juga diakui sebagai siswa yang enerjik dan merupakan tipikal siswa yang rajin dalam belajar dan mengikuti kegiatan-kegiatan di sekolah.

“Saya mau jadi guru, jadi saya harus lanjut ke SMP. Saya ingin terus sekola, biar cita-cita saya tercapai. Tapi saya kasihan sama ibu sama adik juga.” Begitu kurang lebih jawaban Sanah ketika tim SfS menanyakan apakah dia ingin melanjutkan sekolah setelah lulus SD nantinya, dengan ekspresi semangat namun lirih ketika menyebut keadaan ibunya.

Berdasarkan pengamatan tim SfS selama mewawancarai Sanah, siswa ini memang termasuk siswa yang aktif dan bersemangat, terutama ketika dipancing tim SfS untuk menceritakan keinginannya untuk melanjutkan sekolah, namun sungguh mengharukan ketika semangat yang dia luapkan meredup ketika dia ceritakan keadaan keluarganya saat ini, seolah semangatnya untuk melanjutkan sekolah luntur seketika apabila mengingat keadaan keluarganya. Sanah, merupakan contoh siswa yang berprestasi dan bersemangat untuk terus bersekolah, namun dalam keadaan yang masih terbatas dalam hal ekonomi keluarga. Kondisi ini cukup membuat tim SfS tergerak untuk membantunya melalui penyaluran beasiswa SfS.
Read More




Latar Belakang Berdirinya SfS

Permasalahan ekonomi masih menjadi kendala nyata bagi pendidikan di Indonesia. Perbedaan kemampuan ekonomi dalam masyarakat sangat berpengaruh terhadap kualitas sarana dan prasarana pendukung pendidikan. Anak-anak yang berasal dari keluarga mampu umumnya tidak memiliki kendala baik dari segi pembiayaan maupun ketersediaan peralatan pendukung sekolah, akan tetapi kondisi sebaliknya sering terjadi pada anak-anak yang berasal dari keluarga kurang mampu dan terlebih mereka yang tergolong anak yatim piatu. Anak-anak tersebut harus bersekolah dengan kondisi yang serba terbatas. Bahkan tidak sedikit pula dari mereka yang harus rela putus sekolah. Padahal, tidak sedikit dari mereka justru merupakan anak-anak dengan prestasi unggul dan memiliki potensipotensi besar.

Pemerintah sebenarnya telah berupaya mengatasi persoalan yang ada melalui beberapa program, salah satunya adalah pemberian bantuan berupa bantuan atau beasiswa bagi siswa-siswi yang tergolong yatim piatu dan berasal dari keluarga kurang mampu. Persoalan yang muncul di lapangan adalah bahwa bantuan pemerintah tersebut seringkali tidak tepat sasaran. Tidak tepat sasaran dalam hal ini bukan hanya berwujud kesalahan dalam penentuan siswa-siswi penerima, akan tetapi juga ketidaktepatan dalam pemanfaatan dana bantuan yang diberikan. Tim Scholarship for Scholarship sejauh ini telah banyak berdiskusi dengan kepala sekolah dan guru terutama tingkat Sekolah Dasar (SD) dan menemukan betapa kompleks persoalan yang terjadi di lapangan. Tidak sedikit siswa-siswi yang tergolong yatim piatu dan atau kurang mampu tidak mendapatkan bantuan tersebut, sedangkan siswa-siswi yang berasal dari keluarga mampu justru mendapatkannya. Di sisi lain tunjangan atau beasiswa dari pemerintah tersebut memang telah tepat menyasar siswa-siswi yatim piatu dan atau kurang mampu, akan tetapi strategi pengelolaan dana tersebut seringkali membuat pemanfaatannya menjadi tidak tepat.

Sistem penyaluran bantuan atau beasiswa dari Pemerintah yang seringkali mengharuskan dana diserahkan langsung dan sepenuhnya dikelola oleh orang tua atau wali siswa merupakan salah satu penyebab ketidaktepatan pemanfaatan ini terjadi. Banyak siswa-siswi yatim piatu dan atau kurang mampu telah mendapatkan dana bantuan siswa miskin dari pemerintah, akan tetapi nasibnya tidak berubah signifikan. Hal ini dikarenakan dana bantuan justru digunakan oleh orang tua atau wali untuk keperluan lain di luar kebutuhan sekolah anak dan hanya sedikit saja atau bahkan sama sekali tidak ada yang digunakan untuk keperluan sekolah anak. Akibatnya, tidak sedikit dari siswa-siswi tersebut tetap harus mengenakan seragam, sepatu, tas, dan peralatan sekolah lain yang sudah tidak layak pakai. Hal ini tidak jarang membuat siswa kehilangan semangat untuk bersekolah akibat minder dan malu karena peralatan sekolah yang tidak bersahabat.

Pihak sekolah telah berupaya untuk dapat mengelola dana bantuan pemerintah yang ditujukan bagi siswa-siswi yatim piatu dan atau kurang mampu agar pemanfaatannya dapat tepat sasaran. Beberapa sekolah telah mencoba langkah-langkah untuk menghindari ketidaktepatan pemanfaatan ini terjadi, sebagai contoh adalah dengan tidak menyerahkan uang bantuan ke orang tua tetapi mengelola sepenuhnya untuk kebutuhan studi siswa. Satu contoh lain adalah dengan mencoba meminta orang tua kuitansi (pertanggungjawaban) untuk setiap pembelian peralatan sekolah anak, akan tetapi upayaupaya tersebut seringkali berakhir gagal dan justru memunculkan persoalan baru antara orang tua dengan pihak sekolah. Beberapa sekolah mengaku justru mendapatkan protes dan bahkan fitnah oleh orang tua atau wali siswa akibat menahan uang bantuan yang diberikan oleh pemerintah kepada anakanak mereka. Banyak orang tua atau wali menganggap bahwa uang bantuan tersebut adalah sepenuhnya hak mereka. Kondisi ini menjadi dilema tersendiri bagi pihak sekolah, di satu sisi sekolah ingin bantuan tersebut benar-benar tepat sasaran sehingga siswa-siswi mereka dapat sekolah dengan layak, di sisi yang lain sekolah juga tidak ingin dinilai negatif oleh para orang tua siswa akibat menahan atau mempersulit pengambilan dana bantuan tersebut. Akhirnya, kebanyakan sekolah memilih tindakan aman dengan menyerahkan dana bantuan tersebut langsung kepada orang tua dan menyerahkan pengelolaan sepenuhnya kepada orang tua.

Generasi muda adalah generasi harapan bangsa yang diharapkan mampu membawa perubahan dan memberi solusi untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Mahasiswa, terlebih mereka yang memperoleh amanah beasiswa adalah generasi-generasi pilihan yang tidak hanya berkewajiban untuk menuntut ilmu, akan tetapi juga dituntut peka terhadap permasalahan-permasalahan di sekitarnya. Adanya permasalahan pendidikan seperti yang telah diutarakan di atas adalah salah satu celah yang dapat dimanfaatkan oleh generasi muda terlebih para mahasiswa penerima beasiswa untuk dapat berkontribusi nyata memberi solusi atas permasalahan tersebut. Setiap program beasiswa darimanapun instansi pemberinya tentu memberikan segala bentuk kemudahan bagi para penerimanya, sebagai contoh adalah diberikannya uang saku bulanan atau tunjangaan selama masa studi. Para penerima beasiswa yang notabene adalah generasi pilihan, sudah seharusnya memiliki jiwa berbagi atau setidaknya berkewajiban untuk sedekah atas rejeki yang diperoleh. Hal ini seharusnya menjadi peluang untuk dapat memperoleh donasi dana sehingga nantinya dapat digunakan untuk membantu pendidikan anak yatim piatu dan atau kurang mampu.

Para penerima beasiswa khususnya dan generasi muda Indonesia pada umumnya sebenarnya banyak yang memiliki jiwa sosial dan rasa ingin berbagi yang tinggi, akan tetapi seringkali niatan baik tersebut tidak tersampaikan dikarenakan mereka bingung akan disalurkan melalui apa. Pergerakan secara sendiri seringkali terasa sangat berat dan terkadang kita dibuat bingung akan memulainya kapan dan darimana. Melihat adanya potensi dan permasalahan yang ada, pembentukan suatu forum yang dapat menampung dan mempersatukan generasi-generasi muda berjiwa sosial tinggi ini dipertimbangkan sangat penting. Inovasi yang coba kami lakukan adalah dengan membentuk suatu komunitas peduli pendidikan bernama Scholarship for Scholarship. Komunitas ini adalah forum pemersatu para penerima beasiswa pada khususnya dan generasi muda pada umumnya untuk dapat berbagi dan berkontribusi nyata dalam menyelesaikan permasalahan yang ada di bangsa Indonesia, khususnya di bidang pendidikan akibat permasalahan ekonomi.

Read More




Visi dan Misi SfS

Visi 

Menjadi komunitas pemberi beasiswa bagi anak-anak yatim piatu dan atau kurang mampu yang menjunjung tinggi semangat berbagi dan integritas serta mampu memberi sumbangsih solusi bagi permasalahan pendidikan di Indonesia.

Misi 
  1. Berusaha membangun sistem yang solid berlandaskan kesamaan komitmen dan kepercayaan. 
  2. Memperbanyak seruan-seruan berbagi kepada anggota dan masyarakat luas melalui berbagai media sosial. 
  3. Melakukan mekanisme seleksi calon-calon penerima beasiswa dan pengelolaan dana beasiswa dengan baik agar dapat tepat sasaran. 
  4. Merangkul lebih banyak donatur. 
  5. Mempublikasi segala bentuk kegiatan komunitas ke media-media sosial terutama setiap kegiatan penyaluran beasiswa sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban tim kepada donatur.  
  6. Menjalin kerjasama dengan berbagai pihak untuk meningkatkan dan memperluas penyaluran beasiswa.
Read More




Return to top of page
Powered By Blogger | Design by Genesis Awesome | Blogger Template by Lord HTML